Laman

Rabu, 07 Desember 2011

IF Clause (IF Conditional)

IF Clause atau yang juga dikenal sebagai IF Conditional digunakan sebagai bentuk pengandaian, Jika kita melihat ke dalam bahasa Indonesia, barangkali yang lebih tepat penyetaraannya adalah dengan “Jika …, maka ….”

IF Clause sendiri memiliki 3 bentuk dasar atau tipe. Artikel saya kali ini akan mencoba mengulas tentang ketiga bentuk IF Clause.

Tipe 1
IF Clause tipe ini digunakan untuk pengandaian yang masih mungkin terjadi. Adapun pola dasarnya sebagai berikut.

IF Subject + Verb 1, Subject + will + Verb 1
IF Subject + to be 1 (is/am/are) + Complement, Subject + will + be + Complement

Atau

Subject + will + Verb 1 IF Subject + Verb 1
Subject + will + be + Complement IF Subject + to be 1 (is/am/are) + complement

Contoh:
·         If Rahmat study hard, he will pass the exam tomorrow. (Posisi IF di awal)
Rahmat will pass the exam tomorrow if he study hard. (Posisi IF di tengah)
Makna: Jika Rahmad belajar dengan keras, maka dia akan lulus ujian besok. Ini berarti Rahmat masih memiliki kesempatan untuk lulus ujian dengan syarat yaitu belajar dengan keras.


Tipe 2
IF Clause tipe ini digunakan untuk pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Adapun pola dasarnya sebagai berikut.

IF Subject + Verb 2, Subject + would + Verb 1
IF Subject + to be 2 (was/were) + Complement, Subject + would + be + Complement

Atau

Subject + would + Verb 1 IF Subject + Verb 2
Subject + would + be + Complement IF Subject + to be 2 (was/were) + complement

Contoh:
·         If Rahmat had wings, he would fly to the sky. (Posisi IF di awal)
Rahmat would fly to the sky if he had wings. (Posisi IF di tengah)
Makna: Jika Rahmad mempunyai sayap, maka dia akan terbang ke langit. Pada kenyataannya, Rahmat tidak memiliki sayap sehingga dia tidak bisa terbang ke langit.

·         If I were you, I would not say that to her. (Posisi IF di awal)
I would not say that to her if I were you. (Posisi IF di tengah)
Makna: Jika saya menjadi Anda, maka saya tidak akan mengatakan hal tersebut padanya. Pada kenyataannya, saya bukanlah Anda.


Tipe 3
IF Clause tipe ini digunakan untuk pengandaian yang berupa penyesalan. Adapun pola dasarnya sebagai berikut.

IF Subject + had + Verb 3, Subject + would + have + Verb 3
IF Subject + had + been + Complement, Subject + would + have + been + Complement

Atau

Subject + would + have + Verb 3 IF Subject + had + Verb 3
Subject + would + have + been + Complement IF Subject + had + been + complement

Contoh:
·         If Rahmat had chosen to play football instead of going to Puncak with his friends on their motobikes, he would not have got that terrible accident. (Posisi IF di awal)

Rahmat would not have got that terrible accident if he had chosen to play football instead of going to Puncak with his friends on their motobikes. (Posisi IF di tengah)

Makna: Jika Rahmad memilih bermain sepak bola daripada pergi ke Puncak bersama teman-temannya dengan sepeda motor, maka dia tidak akan mengalami kecelakaan yang mengerikan tersebut. Pada kenyataannya, Rahmat pergi ke Puncak dan mengalami kecelakaan.


Catatan:
  1. Perlu anda pahami bahwa posisi IF Clause di awal dipisahkan dari Main Clause-nya dengan menggunakan tanda koma (,).
  2. Kombinasi antara IF Clause dan Main Clause tidak harus berupa Complement dengan Complement atau Verb dengan Modal + Verb, tetapi bisa saja kombinasi keduanya; antara Verb dan Complement atau Complement dan Modal + Verb.

Selasa, 06 Desember 2011

Ketika Patah Hati (Tentang Hidup - Jilid 2)

“Mereka aja yang belum beruntung dapetin kita”
Film Jomblo

Hampir semua orang pernah merasakan patah hati dan dikecewakan. Beberapa pengalaman teman-teman saya menunjukkan bagaimana mereka ditinggalkan oleh orang yang mereka sangat cintai, mulai dari ditolak berkali-kali, dikhianati (selingkuh), tidak disetujui oleh orang tua, hingga adapula yang ditinggal untuk selamanya karena sang kekasih menghadap sang pencipta. Itu semua yang namanya cinta.
Kata orang, no pain no gain. Sederhananya istiah tersebut, tetapi memiliki makna yang dalam. Setiap kesukaran yang kita temui dalam percintaan akan menentukan seberapa besar dan tulusnya cinta yang kita miliki untuk orang tersebut. Melalui artikel ini saya ingin membagi bahan perenungan untuk para pembaca yang sedang dilanda patah hati.

Cinta tak harus memiliki.
Tidak semua yang kita cintai harus kita miliki. Seperti pada artikel saya sebelumnya, semua hal yang kita dapatkan berdasarkan atas usaha dan doa kita. Andaipun kita telah berusaha dengan maksimal dan berdoa se-khusyuk-nya tapi tidak jua membuahkan hasil yang diharapkan, itu semata karena dia yang kita cintai pada saat ini (INGAT! pada saat ini) memang bukanlah yang terbaik untuk kita.

Memberi tanpa Harus Menerima
Cinta yang tulus itu selalu memberi tanpa mengharapkan balasan apa-apa. Ada diantara kita yang terlalu sibuk menghitung berapa biaya yang telah kita keluarkan untuk sang kekasih atau menghitung jasa yang telah kita berikan pada mereka yang kita cintai. Dalam beberapa kasus yang sempat disiarkan di sebuah acara televisi, sang gadis merasa dirugikan karena selama berpacaran dia-lah yang mengeluarkan biaya paling banyak ketimbang sang pacar. Adapula, sang pemuda yang merasa “dirugikan” oleh sang pacar secara finansial.
Saya tidak sedang menghakimi apakah mereka benar atau salah. Namun, coba tinjau lagi apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita berikan. Jika kita memang tulus, mengapa kita tetap sibuk menghitung apa yang telah kita berikan atau lakukan. Penyesalan dan benci yang timbul itu karena dari awal kita memang mengharapkan imbalan darinya.
Saat saya masih kuliah, saya sering memperoleh pengalaman berharga dari beberapa teman. Di tengah hujan lebat, saya pernah melihat seorang teman saya pernah menunggu pacarnya yang sedang menghadap dosen setelah ujian skripsi dengan sabar di depan kantor jurusan. Delapan bulan kemudian, dia diputuskan oleh sang pacar tanpa alasan yang jelas. Saya pun memberanikan diri menanyakan tentang apa yang dia rasakan, dia menjawab “Sakit, tapi saya tidak merasa menyesal atas pegorbanan saya”.

Cinta itu Buta
Sebuta apakah cinta tergantung dari pandangan kita tentang kelebihan dan kekurangan sang kekasih. Kagumi kelebihannya, tapi perbaiki kekurangannya. Melihat salah satu saja hanya akan memberikan kelalaian dan kekecewaan. Selain itu, jangan mengharapkan kesempurnaan jika kita sendiri juga tidak sempurna. Beberapa alasan putus cinta hanya karena kita memandang sang kekasih tidak cukup sempurna untuk kita. Inilah sala satu alasan putus cinta yang paling egois dalam sejarah hidup manusia. Cintanya hanya sibuk memandang kekurangan orang lain, buta kekurangan diri sendiri. Jika Anda pernah diputus oleh sang kekasih karena ini, bersyukurlah karena Anda lah yang sebenarnya menemukan kekurangan kekasih Anda sebelum semuanya terlambat.

Berharap Tanpa Waktu
Untuk yang satu ini saya punya cerita menarik. Saya mengenal seseorang yang begitu gigihnya menunggu dia yang dicintai-nya dengan sepenuh hati selama lebih kurang 19 tahun.

Anggap saja nama beliau Adeline. Adeline berpacaran semenjak kuliah selama 2 tahun. Namun malangnya, sang kekasih malah menikahi orang lain. Adeline pun terpuruk dan sering kali menangis, dan ini berlangsung selama 2 tahun semenjak mereka putus. Kesibukan kerja-lah yang membuatnya mampu untuk melupakan sang pujaan hati sementara waktu. Ini berlangsung selama 19 tahun setelah Adeline ditinggal kawin oleh sang kekasih. Hingga pada suatu waktu, tepat 2 tahun yang lalu, buah penantiannya terjawab. Ternyata tanpa sepengetahuan Adeline (karena sejak putus, Adeline tidak lagi berkomunikasi dengan mantannya), sang mantan kekasih bercerai dengan istrinya. Akhirnya Adeline dilamar oleh mantan kekasihnya dan sekarang hidup berbahagia.

Seperti mimpi rasanya ketika saya mendengar cerita tersebut dari yang bersangkutan. Begitu tabah dan kuatnya beliau menanti. Saya sendiri tidak akan sanggup untuk melakukannya. Adeline mengatakan bahwa dia yakin kepada Allah kalau suatu saat setiap doa dan keyakinan akan dinilai oleh-Nya. Inilah salah satu kuncinya, KEYAKINAN. Bagi para pembaca yang (maaf) kurang memiliki keyakinan dalam masalah seperti ini, saya sangat menganjurkan untuk tidak melakukan ini.

Pilihlah Aku
Tak ada satu orang pun yang suka jika dibandingkan dengan mantan dari kekasihnya. Padahal kalau kita merenungkan sejenak, dari situlah kita bisa memperoleh nilai lebih terhadap penilaian sang kekasih. Memberikan yang terbaik dengan setulusnya adalah salah satu yang bisa kita lakukan untuk memenangkan hatinya. Dia akan melihat kita memenuhi kriterianya sebagai kekasih yang “sempurna”. Banyak diantara kita yang gagal melihat ini sebagai peluang hanya karena keegoisan diri.


Demikianlah perspektif saya tentang patah hati dan cinta, semoga dapat menjadi bahan perenungan untuk kita semua, termasuk saya sendiri. Sekali lagi, saya mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang berkenan membaca artikel saya ini.

Narrative Text

Narrative text merupakan salah satu genre yang tertua karena telah digunakan selama berabad-abad dalam bentuk cerita rakyat (folktale), dongeng (fairytale), dan legenda (legend). Dalam perkembangannya, kita mengenal bentuk lain dari narrative text seperti cerita pendek, dan novel.
Sebenarnya recount text dan spoof text adalah bentuk lain dari narrative karena memiliki salah satu kesamaan generic structure pada bagian awalnya yaitu orientation yang berfungsi memperkenalkan tokoh yang terlibat dalam cerita, latar belakang dan sebagainya. Namun, menurut Genre Based Approach, recount text dan spoof text diklasifikasikan sebagai jenis genre yang berbeda.
Dalam artikel ini, saya akan mengulas tentang narrative text terutama yang berkaitan dengan Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Inggris pada sekolah menengah. Barangkali Anda akan mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan berikut karena pada dasarnya sumber dari penjelasan berikut berasal dari buku berbahasa Inggris. Namun, saya akan mencoba mengkombinasikan penjelasannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Fungsi Sosial (Social Function)
Menurut Derewianka (1991), tujuan dari narrative text adalah untuk menghibur, untuk mengajarkan atau memberitahuan, menambahkan refleksi si penulis akan sebuah pengalaman, serta memperluas imajinasi pembaca.
Gerot dan Wignell (1994) menambahkan bahwa fungsi sosial narrative text adalah berkaitan dengan menceritakan pengalaman yang sebenarnya maupun yang dialami oleh orang lain dalam cara yang berbeda dan narrative text melibatkan kejadian yang problematis (problematic event) yang mengarah kepada sebuah krisis atau sebuah titik balik yang pada akhirnya menemui penyelesaian (resolution).

Struktur Pembentuk (Generic Structure) dan Language Features
Berikut ini generic structure dan language feactures dari narrative text berdasarkan dua sumber, yaitu Derewianka , dan Gerot dan Wignell.
Menurut Derewianka (1991), ada beberapa karakteristik narrative text:

1.      Purpose (Social Function)
The purpose of narratives is to entertain, to teach or inform, to embody the writer’s reflections on experience, and to nourish and extend the reader’s imagination.

2.      Text Organization
-     Orientation      : set the scene and introduces the participants
-     Complication   : problem arise
-     Resolution        : the problem is resolved for better or worst

3.      Language Features
-     Specific, often individual participants with defined identities. Major participants are human, or sometimes animals with human characteristics
-     Mainly action verbs (material processes), but also many verbs which refer to what human participants said, or felt, or thought (verbal and mental processes).
-     Normally past tense
-     Many linking words to do in time.
-     Dialogue often included, during which the tense may change to the present or future.
-     Descriptive language chosen to enhance and develop the story by creating images in the reader’s mind.
-     Can be written in the first person (I, we) or third person (he, she, they)

Gerot and Wignell (1994) juga menambahkan beberapa karakteristik narrative text yang dijelaskan sebagai berikut:

1.      Social Function
To amuse, entertain and to deal with actual or vicarious experience in different ways, narratives deal with problematic event which lead to a crisis or turning point of some kinds which in turn finds a resolution.

2.      Generic Structure
-     Orientation                 : set the scene and introduces the participants
-     Evaluation                  : a stepping back to evaluate the plight
-     Complication              : a crisis arises
-     Resolution                   : the crisis is resolved, for better or for worst
-     Reorientation             : optional

3.      Significant Lexicogrammatical Features
-     Focus on specific and usually individualized participant
-     Use of material process, (and in this text, behavioral and verbal process)
-     Use of Relational Process and Mental Process
-     Use of temporal conjunction, and temporal circumstances
-     Use of Past Tense

Secara mendasar, karakteristik yang digambarkan baik oleh Derewianka maupun Gerot dan Wignell memiliki kesamaan, terutama pada fungsi sosial dan fitur bahasa yang digunakan. Hanya saja perbedaan yang timbul diantara para ahli tersebut terletak pada generic strcture dimana Gerot dan Wignell menambahkan evaluation dan re-orientation pada generic structure mereka.
Namun demikian, sebenarnya Derewianka, dan Gerot dan Wignell menjelaskan purpose atau social function, generic structure dan language features dari narrative text yang telah ada di dalam masyarakat kita.

Genres, their stages and characteristic lexicogrammatical features were not invented by systemic-linguists, but they have already out there in use in school and non-school environments. These genres arose in social interaction to fulfill humans’ social purposes. The staging and characteristic lexicogrammatical features of genres are probable, representing tendencies.
Gerot and Wignell (1994)


Contoh teks:

One Inch Boy
Long time ago, in Japan, there was an old couple that wished for a child. They wished for a child of any kind, even if he was only an inch tall, and their wish was granted. They got a child and sure enough he grew no taller than one inch. They named him Issun-Boshi which meant One Inch Boy. (Orientation)

 
One day Issun-Boshi decided he wanted to see the world. His parents wanted Issun-Boshi to have a fun life so they gave him a bowl, chopsticks and a needle he could use as a sword and waved goodbye. When Issun-Boshi came to the city, he was taken into care of a nobleman and was a servant for the princess. Issun-Boshi and the princes became good friends. One day on their way back from a nearby temple, they were stopped by a large green demon called an oni. The princess thought she was doomed for surely she could not be saved by a one inch boy. But the one inch boy acted quickly. He climbed the oni quickly and poked it in the tongue with his sword. Issun-Boshi jumped from the demon’s mouth just before it turned and ran. (Complication)

 
 The princess was saved! Then she made a wish. “I wish for Issun-Boshi to grow tall.” The princess squeezed her eyes shut and then opened them again. But the boy was still one inch tall. Then slowly, inch by inch, Issun- Bosh grew taller until he was the size of a full grown man. Issun-Boshi and the princess were married and they lived together happily for the rest of their lives,each over five feet tall. (Resolution)
Taken from: http://www.legendsoftheeast.com

Referensi:
Derewianka, B. 1991. Exploring How Texts Work. Sydney: Primary English Teaching Association (PETA).
Gerot, Linda & Peter Wignell. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Antepodean Educational Enterprise.

Rabu, 09 November 2011

Tentang Hidup


Saya mungkin tidak terlalu tua untuk mengerti arti hidup dan kehidupan, tapi setidaknya melalui artikel ini saya ingin berbagi tentang apa itu hidup dan kehidupan dalam perspektif saya sebagai kaum muda.

Hidup itu Perjuangan
Kata-kata bijak ini memang benar bahwa hidup itu merupakan sebuah perjuangan. Banyak hal yang kita perjuangkan, mulai dari keinginan punya sepeda baru, nilai ujian yang bagus, menemukan jodoh, memiliki pekerjaan yang layak dan sebagainya. Itulah hidup bagi kita.
Kita sering dikecewakan oleh kenyataan hidup. Setelah apa yang kita perjuangkan dan korbankan, ternyata hasil yang kita peroleh tidak memuaskan kita. Akhirnya, kita hanya bisa mengeluh, meratap, dan menyesali semuanya. Banyak diantara kita yang semakin terpuruk dalam frustasi, tapi tidak sedikit yang memaknai apa yang disebut “kegagalan” itu sebagai batu loncatan menuju keberhasilan.
Sulit untuk memahami hikmah dari kegagalan, tapi kita harus tetap berusaha untuk memahaminya secara perlahan. Ingat apa kata guru Pendidikan Agama Islam dan para ustadz dalam beberapa ceramah di mesjid, Allah itu Maha Adil. Kita seharusnya berusaha memegang teguh itu karena yakinlah apapun usaha (ikhtiar) dan do’a kita lambat laun akan ditanggapi oleh Allah. Andaipun kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan, itu semata-mata karena Allah Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang layak kita terima berdasarkan amalan, usaha dan do’a kita.

Evaluasi tentang Hidup
Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain atas kegagalan kita dalam hidup. Kegagalan kita terima mungkin karena kita kurang berusaha, kurang berdoa, kurang ikhlas, kurang tawakal, kurang sabar, kurang bersyukur, takabur, ujub dengan segala yang kita anggap kelebihan, atau riya dengan amalan yang telah diperbuat. Coba kita mengingat kembali apa yang telah kita lakukan dalam usaha mencapai keinginan dan harapan kita. Mari kita mengevaluasi setiap keputusan dan pilihan yang kita ambil. Lihat lagi apa kita memang pantas mendapatkan keinginan kita itu atau apa keinginan kita itu merupakan hal yang terbaik untuk kita.
Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah tentang jodoh. Suatu kewajaran bahwa setiap orang berkeinginan untuk mendapatkan pasangan hidup yang beriman, berakhlak, cantik/tampan, dan kaya.
Kita senantiasa berharap agar mendapatka pasangan yang sempurna dengan memenuhi kategori-kategori tersebut seutuhnya. Perlu diingat, apakah kita juga sudah memenuhi kategori-kategori tersebut dan apakah kita sudah cukup sempurna bagi pasangan kita nantinya. Kita tidak bisa memandang permasalahan ini hanya dari sudut pandang diri kita sendiri. Kita juga harus turut merasakan apa yang dirasakan oleh calon pasangan kita nanti. Dengan kata lain, kalau kita menuntut kesempurnaan, kita juga harus siap dituntut untuk sempurna. Caranya adalah dengan membenahi diri kita, lahir dan batin. Syukuri apa yang kita miliki dengan memelihara dengan sebaik-baiknya dan perbaiki apa yang menjadi kekurangan  kita.
Selain itu, untuk kategori beriman dan berakhlak itu memang tidak bisa diabaikan karena kedua hal tersebut yang nantinya akan menghasilkan keluarga yang sakinah. Namun, untuk kategori cantik/tampan dan kaya, saya rasa tidak akan menjamin terwujudnya keluarga yang sakinah sekiranya tidak dibarengi dengan keimanan dan akhlak yang terpuji.
Banyak contoh yang dapat kita lihat di sekitar kita. Seperti halnya seorang istri yang cantik ternyata ketahuan oleh suaminya ketika dia sedang berselingkuh, atau seorang istri yang menyadari kekayaannya berbuat semena-mena terhadap suaminya dengan memandang rendah sang suami. Contoh lain, suami yang sadar akan ketampanannya tega berselingkuh dengan wanita lain atau dengan kekayaannya malah berpoligami tanpa seizin sang istri.
Ketampanan/kecantikan dan kekakyaan tidak selalu menjamin akan membawa kepada kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Bagi sebagian orang malah menambah beban karena kekhawatiran akan dikhianati atau kehilangan harta dan jatuh miskin. Paranoid pada kegagalan yang berupa khayalan semata.
Lain lagi dengan kasus berikut ini, seorang pria yang telah bekerja bertahun-tahun sebagai pegawai kontrak di sebuah perusahaan besar. Dia kecewa pada perusahaan karena dia tidak diangkat menjadi pegawai tetap, sedangkan seorang pemuda yang baru bekerja selama beberapa bulan saja secara tiba-tiba diangkat menjadi pegawai tetap. Ternyata, setelah si bapak mengkonfirmasi ke pihak  perusahaan, dia menyadari bahwa penyebab kegagalannya adalah karena kinerjanya selama ini semakin lama semakin menurun. Bahkan sebenarnya dia berada pada tingkat prioritas untuk menjadi pegawai tetap berdasarkan lama pengabdiannya. Tapi, akibat kelalaiannya beberapa tahun belakangan ini, dia tidak diangkat oleh pihak perusahaan.
Penyesalan pun timbul. Sebelumnya, karena merasa paling senior, sering kali dia mengabaikan tugas yang diberikan. Kadang kala si bapak malah dengan arogannya memerintahkan si pemuda untuk mengerjakan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya, saat mendengar adanya pengangkatan pegawai kontrak menjadi pegawai tetap, si bapak menjadi takabur karena melihat lama pengabdiannya, dia merasa akan menjadi salah satu orang yang pasti diangkat.
Amanah itu ujian untuk kita. Mungkin di mata manusia apa yang kita lakukan tidak akan terlihat oleh mereka, tapi di hadapan Allah, semua itu akan mempunyai nilainya masing-masing. Kesungguhan dan keikhlasan ikhtiar kita akan dinilai. Kerendahan hati kita akan membuat kita memiliki nilai lebih. Lambat laun Allah juga akan memperlihatkannya kepada manusia yang lain sebagai contoh dan memberikan peluang yang lebih baik kepada kita agar kita lebih bersyukur daripada sebelumnya.


Itulah sekelumit tentang pandangan saya tentang hidup. Hanya sedikit dari hidup yang saya pahami dan dari yang sedikit itu saya mencoba membaginya dengan para pembaca sekalian. Semoga bermanfaat bagi yang berkenan menerimanya dengan hati yang terbuka dan lapang dada.
Seperti yang dikatakan dalam beberapa makalah dan skripsi, saya juga ingin mengatakan bahwa artikel ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca sekalian.

Kamis, 03 November 2011

Passive Voice

Ada 2 bentuk kalimat dalam bahasa Inggris, aktif dan pasif. Bentuk pasif digunakan dimana subjek dikenai pekerjaan (dalam bahasa Indonesia, kata kerja berimbuhan di- dan ter-).
Bentuk pasif pada dasarnya menitikberatkan pada penggunaan BE + V3. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pola berikut ini.

BE + V3

1.      BE
BE atau yang lebih dikenal dengan to be sebenarnya memiliki istilah sendiri dalam syntax yaitu Linking Verb. Untuk mempermudah, mari kita lihat beberapa bentuk dari BE yang akan kita pergunakan dalam Passive Voice.
Be1           : is / am / are
Be2           : was / were
Be3           : been
Be-ing      : Being

2.      V3
V3 (verb 3) disebut juga dengan past participle. Biasanya V3 merupakan kata kerja yang digunakan pada pola kalimat Perfect Tense (Present Perfect, Past Perfect, dan Future Perfect) dimana verb ini mengikuti auxiliary, have/has dan had. Adapun verb yang digunakan dalam kalimat pasif adalah kata kerja yang membutuhkan objek (transitive verb).
Seperti halnya V2 (verb pada Simple Past Tense), V3 terdiri dari bentuk beraturan (regular) dan tidak beraturan (irregular).
Contoh:
Verb Beraturan (penambahan –ed pada bagian belakang kata)
V1
V2
V3
Invite
Invited
Invited
Tabel 1
Verb Tidak Beraturan
V1
V2
V3
Eat
Ate
Eaten
Tabel 2
Selanjutnya, ada baiknya kita membahas pola yang akan muncul dalam kalimat pasif dengan mengembangkan rumusan BE + V3. Perhatikan table berikut ini.

Active Voice
Passive Voice
(be+V3)
Aux/modals
verb
Aux/mod
be
verb
-
V1
-
Is/am/are
V3
-
V2
-
Was/were
V3
Have/had
V3
Have/had
been
V3
BE (is/am/are,was/were, be)
V ing
BE (is/am/are,was/were, be)
being
V3
Can / could / will / would / shall/ should / may / might / have to / ought to
V1
Can / could / will / would / shall/ should / may / might / have to / ought to
be
V3
Tabel 3
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat memformulasikan sendiri bentuk pasif dari sebuah kalimat aktif dengan memperhatikan jenis tenses yang digunakan. Perhatikan contoh berikut.

Simple Present Tense
Berdasarkan gambar diatas, kita dapat melihat bahwa Subjek pada kalimat aktif akan menjadi agent (by + subjek kalimat aktif) pada kalimat pasif. Sedangkan Objek pada kalimat aktif menjadi Subjek’ pada kalimat pasif.
Agent pada kalimat pasif menujukkan pelaku dari kegiatan dan Subjek’ pada kalimat pasif menunjukkan yang dikenai pekerjaan.
V1 (verb 1) ditulis dengan bentuk V1 agar memudahkan kita mengingat pola yang muncul. Angka yang ditulis dengan warna merah menunjukkan jenis BE (juga berwarna merah) yang akan kita gunakan pada kalimat pasif nantinya.

Untuk pola selanjutnya, saya yakin Anda dapat mengembangkannya sendiri berdasarkan tabel 3. Selamat mencoba.

Jumat, 26 Agustus 2011

Tipe Manusia

Banyak orang menganggap orang lugu tidak ada bedanya dengan orang bodoh. Padahal sebenarnya orang lugu jauh lebih baik daripada orang bodoh bahkan orang cerdas sekalipun. Coba Anda perhatikan orang-orang lugu di sekitar Anda. Anda akan mendapati orang-orang yang dinilai lugu itu justru adalah orang-orang yang dikenal paling pintar secara intelektual dan emosional-spiritual.
Mari kita bahas dan bandingkan ketiga tipe manusia yang tersebut di atas.

1.      Manusia Cerdas
Kehidupan   Manusia tipe ini biasanya adalah orang yang sangat telaten dan mandiri. Setiap pekerjaan yang dihadapinya selalu dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna. Orang cerdas juga selalu mempertimbangkan setiap keputusan yang akan diambil dengan matang dan selalu menghadapi masalah dengan tenang. Selain itu, prinsip yang dipegang teguh oleh orang cerdas adalah REALISTIS.
Sosial          Orang cerdas adalah orang yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Tipe ini sebenarnya sangat selektif dalam memilih teman. Terkadang lebih suka mengkategorikan setiap teman yang ia miliki. Teman adalah sebagai pelengkap saja atau berteman kalau ada keuntungan di dalamnya.
Cinta         Selalu berhati-hati dalam menunjukkan ataupun menyatakan perasaannya kepada orang yang ia cintai adalah ciri khas orang cerdas. Intinya, cintanya sering diukur-ukur dan tidak siap patah hati.

2.      Manusia Bodoh
Kehidupan   Manusia tipe ini adalah manusia yang sangat ceroboh dan manja. Permasalahan yang dihadapi selalu dianggap enteng dan keputusan yang diambil selalu merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Baginya IDEALISME adalah sesuatu yang mutlak. Konsep “prinsip” pada awalnya berubah menjadi konsep “fanatik”.  
Sosial      Punya banyak teman dan sekaligus punya banyak musuh adalah kelebihan dan kekurangan manusia ini. Cara bicaranya yang blak-blakan dan spontan terkadang membawa decak kagum orang-orang yang mengenalnya, tetapi sering pula menjadi bumerang yang membuat ia kehilangan teman-teman baiknya. Selain itu, orang bodoh bukanlah tipe orang yang pandai memilih teman. Pada akhirnya,  ia selalu terpengaruh oleh teman-temannya.
Cinta           Orang bodoh itu mencintai dengan membabibuta. Ia sering dimanfaatkan oleh sang kekasih sesering ia menyakitinya. Cintanya memang tanpa batas, sehingga pada saat patah hati, hatinya akan remuk redam.

3.      Manusia Lugu
Kehidupan   Orang yang lugu adalah orang yang suka bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Setiap keputusan yang diambil selalu dengan pertimbangan yang matang, tetapi hasil/akibat dari keputusan itu selalu ia serahkan kepada sang Pencipta. Ia hanya berusaha dengan sebaik-baiknya. Orang lugu punya kombinasi yang tepat antara REALISTIS DAN IDEALIS.
Sosial           Ia mampu berteman dengan siapa saja. Orang lugu selalu menganggap orang yang menjadi temannya sebagai orang yang baik walaupun pada akhirnya ia sering dikhianati. Namun, ia tidak pernah mendendam. Bahkan ketulusan dalam persahabatan yang ditawarkannya sering menyadarkan orang-orang yang berniat buruk padanya.
Cinta           Pecinta sejati, tidak penah menuntut apapun dari kekasihnya selain cinta yang tulus pula. Ia mungkin merasakan sakit saat dilukai oleh sang kekasih, tetapi ia bukan seorang pendendam. Cintanya yang besar membuat ia mampu memaafkan.

Mungkin para pembaca heran mengapa saya menempatkan manusia cerdas sebagai sosok yang cenderung realistis, manusia bodoh sebagai sosok idealis, dan manusia lugu sebagai sosok yang mengkombinasi realistis and idealistis. Seperti di awal tadi saya berharap para pembaca melihat dan merenungkan kembali sikap orang-orang di sekitar Anda. Keluguan yang saya coba gambarkan di sini lebih merujuk pada ketulusan dan keikhlasan karena kita sering memandang orang yang tulus dan apa adanya sebagai orang yang lugu.
Sekali lagi, ini hanya perspektif dan opini saya tentang tipe manusia.


Minggu, 31 Juli 2011

Puisi Hati

Udara dingin berhembus dalam gelap
Dalam diam, dadaku sesak dengan kepedihan
Terus bersembunyi
Terus berlari
Tersengal
Aku terjatuh di dalam kesalahan yang sama
Aku jatuh cinta

Kuserahkan semua yang kupunya
Kuyakini untuk yang terakhir
Kutahu kau takkan pernah ada
Tapi kumohon sejenak palingkan wajahmu padaku
Biar ku bisa mengatakan padamu
Ketulusan
Bahwa aku memang cinta kamu

Hanya satu inginnya hatiku
Hanya satu pintaku
Beri aku satu arti
Dan aku kan tetap mencinta
Atau aku takkan pernah menanti
Pergi
Aku takkan kembali
Dan kupercaya suatu saat ini kau sesali
Dan kau pun akhirnya sadar bahwa aku yang terbaik

Coba kau bayangkan lagi
Betapa hancurnya hati ini
Aku memang terlanjur mencintaimu

Minggu, 24 Juli 2011

Senyum Terindah

Langit biru memeluk matahari
Kesejukkan dalam terik cahaya
Menggenggam tulus hatiku untukmu

Pesona yang menghadiahkan kebahagiaan
Rumput yang menari dalam irama tawamu
Tak ada yang mampu menggantikanmu

Laut biru adalah wajahmu
Senyummu adalah senyum terindah di bawah sinar matahari
Aku mencintaimu

Rindu yang Kubawa Untukmu

Ada sesuatu yang tersimpan di sini, di dalam hati ini
Sulit kuungkapkan dengan kata-kata
Takkan mampu terlukiskan dengan tatapan
Barangkali air mata saja yang terhempas ke dalam kalbu..

Udara yang kuhirup terasa menyesakkan ..
Mataku berat namun tak ingin terpejam
Tenggorokan ku ingin berkata tapi hanya ada kebisuan

Inikah yang dinamakan rindu
Ada rasa perih tak tertahankan
Ada rasa bahagia yang tak terperikan
Bercampur dalam melodi alunan cinta

Kemana aku harus mencarimu, cintaku
Aku tersesat di jalan ini
Tak tahu ..apa yang harus ku lakukan untuk meraihmu saat badai ini menghadangku?

Huh...hanya udara malam yang dingin yang menemaniku
Pekatnya malam tak sanggup menyembunyikan perasaan ini, kekasihku
Dalam diam, kutuliskan sebait puisi
Rindu yang Kubawa Untukmu

11/09/09 Pk. 21.10